Apakah kamu tahu kalau makanan Indonesia yang sering kita konsumsi sehari-hari ternyata mendapat pengaruh dari budaya asing? Bukan cuma budaya China, kuliner Nusantara juga mendapatkan pengaruh dari India.
Saking kuatnya, kadang pengaruh ini tidak disadari karena sudah dianggap makanan lokal. Pengaruh kuliner tersebut tak lepas dari sejarah di masa lalu, saat bangsa China dan India datang ke Nusantara untuk berdagang dan menyebarkan agama.
Mengapa pengaruh China dan India bisa berbaur sedemikian rupa dalam khazanah kuliner Nusantara, ya?
Kalau merujuk penelitian Poston dan Wong, The Chinese diaspora: The current distribution of the overseas Chinese (2016) disebutkan, faktor signifikan begitu kuatnya pengaruh kuliner China pada masakan di Indonesia karena besarnya diaspora China di Nusantara.
Tercatat, ada lebih dari 8 juta penduduk keturunan China menetap di Indonesia. Jumlah ini setara dengan 20 persen diaspora China di seluruh dunia.
Keturunan China menyebar ke berbagai pulau-pulau utama, mulai dari Medan, Bangka, Pontianak, Semarang, hingga Manado. Tentu ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah diaspora China terbesar sejagat.
Arus migrasi diaspora China ke Nusantara sudah terjadi sejak era perdagangan pada awal abad ke-20. Gelombang migrasi ini kembali terjadi menyusul gejolak yang terjadi di China antara kalangan nasionalis dan komunis. Masuknya pengaruh China dalam kuliner Nusantara dipermudah dengan terjadinya asimilasi.
Peradaban China yang lebih maju membawa teknik-teknik baru dalam bidang kuliner. Jenis makanan yang dibawa juga tergolong baru dan lambat laun diadopsi penduduk lokal, seperti teknik budidaya tebu (menghasilkan arak), pengolahan kacang (menghasilkan minyak nabati), dan pengolahan makanan berbahan tepung (menghasilkan mie, kwetiau, dan lain sebagainya).
Selain perbedaan aneka bahan makanan di Nusantara tak ditemui di China, ditambah dengan keunikan selera Nusantara, jadilah modifikasi kuliner China yang disesuaikan dengan lidah lokal. Misalnya, kecap manis. Kecapnya dikenalkan imigran China, tapi kecap manisnya asli Indonesia. Di China tidak ada kecap manis.
Lalu, ada Siomay dari yang asli dari China pakai kulit dan parutan wortel di atasnya. Di Bandung, siomay malah tanpa kulit.
Penerimaan pengaruh budaya China juga terlihat dari segi penyebutan jenis makanan. Walaupun sering terdapat salah kaprah, tetapi orang-orang Indonesia cenderung menyerap langsung penamaan jenis makanan yang dibawa orang-orang China, misalnya seperti kwetiau dari kata “guo tiau” atau penyebutan ‘mie’ dari kata “mian” dan penyebutan lumpia dari kata “lun pia”, .
Contoh lainnya adalah Mie Jawa. Orang Jawa dulu tidak mengenal mie. Etnis China lah yang mengenalkan panganan panjang dan kenyal tersebut pada orang Jawa.
Lalu ada bakso. Makanan yang disebut-sebut sebagai makan asli Indonesia itu sebenarnya juga merupakan hasil akulturasi kebudayaan masyarakat etnis China atau Tionghoa dan pribumi.
Sementara itu, budaya India memengaruhi olahan masakan Indonesia dapat dilihat dari banyaknya penggunaan santan, yang masuk ke Indonesia lewat jalur perdagangan. Makanan Indonesia banyak yang menggunakan olahan kari atau bersantan, itu karena dipengaruhi budaya India.
Misalnya, makanan-makanan di Aceh sangat dipengaruhi oleh bumbu-bumbu rempah India. Mie Aceh contohnya, yang aromanya khas kari dan kopi Aceh yang teknik pembuatannya sama seperti di India. Asam sunthi, temurui dan daun gegareng yang dipakai dalam masakan-masakan Aceh juga digunakan dalam masakan India.
Baca juga Panduan Buat Kamu yang Mau Coba Cicipi Jajanan Kaki Lima
Contoh Masakan Indonesia yang Dipengaruhi Budaya China
Bakso
Berdasarkan dialek Hokkien Bakso berarti daging giling. Bakso di Indonesia mengalami penyesuaian, yakni dibuat dari daging sapi berbentuk bulat dengan kuah gurih. Walaupun berasal dari China, bakso sudah mengalami banyak proses pelokalan, terutama ke masakan Tionghoa Indonesia dan Jawa.
Pempek
Pempek sudah ada di Palembang sejak masuknya perantau China ke Palembang pada abad ke -16, saat Sultan Mahmud Badarudin II berkuasa. Nama pempek atau empek-empek, diyakini dari sebutan apek atau pek-pek, yaitu sebutan untuk paman atau lelaki tua tionghoa.
Kuliner berkuah pedas manis ini adalah menu andalan yang nggak boleh kamu lewatkan saat liburan di kota Palemban. Pempek Palembang menggunakan ikan tenggiri asli dan segar. Kuah cukanya pun terasa menggigit karena dicampur dengan mie kuning dan potongan mentimun.
Selat Solo
Selat Solo merupakan masakan olahan daging sapi yang diiris agak tipis, kadang berbentuk bola. Olahan daging itu disajikan dengan kentang goreng buncis, telur bacem, wortel rebus, lali dipadukan dengan siraman kuah coklat manis dengan mustard di atasnya.
Selat Solo sudah ada di kota Bengawan sejak zaman kolonial Belanda saat bangsa Tionghoa masuk ke kota Solo, kuliner yang satu ini pun mulai dikenalkan ke masyarakat di level kasta bawah. Sejak saat itu, selat Solo dikenal sebagai kuliner rakyat khas Solo.
Bakpia
Sebagai kuliner khas Yogyakarta, bakpia selalu jadi buruan oleh-oleh para pelancong domestik maupun internasional. Olahan makanan ini juga tak lepas dari pengaruh budaya China. Ketika tiba pertama kali di Tanah Jawa pada masa perjuangan kemerdekaan dari Negeri China, bakpia merupakan jelmaan dari Tou Luk Pia, semacam roti empuk berisi daging babi maupun ayam.
Oleh karena menyesuaikan kultur di Tanah Jawa yang mayoritas masyarakat beragama muslim, maka isian bakpia diganti dengan kacang hijau. Kwik Sun Kwok adalah pengusaha makanan asli Tiongkok yang pertama kali mengenalkan bakpia di Yogyakarta.
Contoh Masakan Indonesia yang Dipengaruhi Budaya India
1. Nasi Kebuli
Hidangan nasi berbumbu bercita rasa gurih ini juga mendapat pengaruh dari budaya India dan Arab. Masakan ini memakai beras basmati, sejenis beras yang bulirnya besar berasal dari India. Kalau dilihat dari bahan-bahan dan penampilan, nasi kebuli mirip nasi kabsa dari tanah Arab, dan nasi briyani dari India.
Baca juga Jadi Makanan Pokok, Ini 12 Menu Nasi Khas dari Berbagai Daerah di Indonesia
2. Martabak Telur
Kudapan bercita rasa gurih ini ternyata juga hasil akulturasi budaya lokal dan India. Martabak berasal dari India yang dibawa oleh pemuda Jawa setelah menikahi seorang wanita India. Ketika kembali ke Jawa, pemuda tersebut memperkenalkan martabak telur tetapi yang sudah disesuaikan dengan selera orang lokal, seperti dicampur sayuran dan bahan lainnya.
3. Soto dan Sop Kambing
Soto dan sop kambing merupakan masakan Nusantara yang mendapat pengaruh dari budaya India. Dikatakan demikian karena kedua hidangan ini menggunakan ghee dalam proses pembuatannya.
Ghee itu semacam mentega dari India yang selalu dipakai di beberapa masakan Asia Selatan. Di Indonesia, ghee biasa dikenal sebagai minyak samin. Penggunaan ghee atau minyak samin membuat kedua hidangan tersebut lebih gurih dan aromatik.
4. Nasi Megono
Megono adalah salah satu sajian nasi yang populer di daerah Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, sampai Kabupaten Pemalang. Bagi kamu yang belum familiar, makanan ini biasanya terdiri dari urapan nangka muda yang dicacah dan dimasak dengan parutan kelapa, dan disandingkan dengan mendoan atau tempe kemul. Dugaan pengaruh India terhadap panganan ini dibawa oleh Kesultanan Mughal saat mempengaruhi kuliner Nusantara.
5. Rendang
Makanan yang dinobatkan sebagai makanan terlezat di dunia versi situs CNN International juga ternyata dipengaruhi cita rasa India. Cita rasa yang dimaksud adalah kaya akan rempah-rempah yang berasal dari India, seperti; jintan dan ketumbar.
Menjadi tidak heran, karena dulu Sumatera merupakan pusat perdagangan dunia sehingga banyak pedagang rempah-rempah asal Gujarat, India, yang singgah ke pulau tersebut. Lambat laun, banyak pedagang asal India yang menetap di Sumatera, sehingga terciptalah berbagai sajian khas yang dibuat dengan perpaduan bahan lokal dengan rempah-rempah India.