Sahabat Opaper
Login
Coba Sekarang

Strategi Bisnis 7 Brand Franchise Kuliner Lokal yang Bisa Ditiru!

Joanathan McIntosh
Joanathan McIntosh
|
Jun 9, 2024
|
-
Strategi Bisnis 7 Brand Franchise Kuliner Lokal yang Bisa Ditiru!
Poin penting

Franchise kuliner lokal telah menjadi salah satu pilar utama dalam industri makanan dan minuman di Indonesia. Dengan konsep yang terbukti sukses, ada banyak strategi yang bisa diadopsi oleh para pelaku bisnis untuk mencapai kesuksesan serupa. 

Berikut adalah strategi 7 brand franchise lokal yang dapat ditiru untuk membangun bisnis franchise kuliner lokal yang sukses:

1. Kebab Turki Baba Rafi

Studi Kasus: 

Pada tahun 2003, Hendy Setiono memulai perjalanan bisnisnya dengan gerobak kecil Kebab Baba Rafi di kota Surabaya. Meskipun kebab berasal dari Turki, Hendy tidak hanya menyajikannya dengan cita rasa khas Indonesia, tetapi juga menghadirkan konsep layanan yang ramah dan inovatif. Meski awalnya, banyak orang bahkan mengira bahwa brand ini berasal langsung dari Turki, hal ini menunjukkan tingkat autentisitas dan kualitas produk yang ditawarkan.

Dalam waktu singkat, tepatnya 2 tahun kemudian, pada tahun 2005, Hendy secara resmi mendirikan PT Baba Rafi Indonesia sebagai pemegang merek dagang Kebab Baba Rafi. Keberhasilan bisnisnya tidak hanya terbatas pada wilayah lokal, melainkan Hendy juga melihat potensi besar dalam model bisnis kebabnya. 

Oleh karena itu, ia mulai mengembangkan sistem franchise untuk memperluas jangkauan bisnisnya di seluruh Indonesia.

Ekspansi internasional Kebab Turki Baba Rafi dimulai pada tahun 2012 dengan kehadiran mereka di Filipina dan Malaysia. Hal ini merupakan langkah strategis yang diambil untuk meraih pasar yang lebih luas di Asia Tenggara. Kesuksesan ini kemudian diikuti dengan kehadiran mereka di Sri Lanka pada tahun 2013, serta Tiongkok pada tahun 2014. 

Melalui dedikasi dan fokus pada pengembangan merek, Kebab Turki Baba Rafi terus berkembang dengan hadirnya outlet-outlet baru di Belanda, Singapura, Brunei, Bangladesh, dan India pada tahun 2015.

Prestasi ini tidak hanya didukung oleh konsep produk yang unik, tetapi juga oleh kualitas dan layanan yang konsisten. Berdasarkan data yang dimiliki, Kebab Turki Baba Rafi telah berhasil menciptakan pengalaman kuliner yang memikat bagi para pelanggan di berbagai negara, dan hal ini tercermin dari pertumbuhan bisnis yang signifikan baik di dalam negeri maupun di pasar internasional.

Strategi Bisnis Kebab Turki Baba Rafi:

  • Adaptasi Rasa Lokal dan Layanan Ramah: Kebab Baba Rafi berhasil menarik minat pasar lokal dengan mengadaptasi rasa kebab yang khas Turki ke cita rasa yang sesuai dengan lidah orang Indonesia. Strategi ini diperkuat dengan konsep layanan yang ramah, yang membuat pelanggan merasa dihargai dan nyaman. Kombinasi antara produk yang disesuaikan dengan selera lokal dan layanan yang baik menciptakan loyalitas pelanggan yang kuat.
  • Ekspansi Melalui Sistem Franchise: Salah satu kunci sukses Kebab Baba Rafi adalah pengembangan bisnis melalui model franchise. Setelah mendirikan PT Baba Rafi Indonesia pada tahun 2005, Hendy Setiono memanfaatkan peluang untuk memperluas jaringan bisnisnya dengan cepat melalui franchise. Strategi ini memungkinkan pertumbuhan yang pesat dan penyebaran outlet di berbagai kota di Indonesia dan internasional. Sistem franchise ini juga membantu dalam standarisasi operasional dan kualitas produk di setiap outlet.
  • Ekspansi Internasional yang Agresif: Kebab Baba Rafi tidak hanya fokus pada pasar domestik tetapi juga mengambil langkah berani untuk merambah pasar internasional. Mulai dari Filipina dan Malaysia pada tahun 2012, kemudian ke Sri Lanka, Tiongkok, dan berbagai negara lainnya, ekspansi ini menunjukkan komitmen Kebab Baba Rafi untuk menjadi pemain global. Dengan memasuki pasar baru secara agresif, mereka mampu meningkatkan brand awareness dan menciptakan peluang pertumbuhan baru di luar Indonesia.

2. Warteg Kharisma Bahari

Studi Kasus: 

Kisah ini bermula pada tahun 1996, ketika Sayudi, pemilik Warteg Kharisma Bahari dan Kharisma Bahari Group, mendirikan warteg pertamanya di Jakarta Selatan dengan nama MM (Modal Mertua). Nama ini diambil karena modal awal untuk membuka warteg tersebut berasal dari pinjaman mertuanya, yang menggunakan sertifikat rumah sebagai jaminan untuk mengambil pinjaman di bank.

Awalnya, warteg ini berdiri di bangunan semi permanen yang disediakan oleh pemerintah daerah pada waktu itu. Setelah memiliki modal yang cukup, Sayudi kemudian menyewa tempat dan membuka wartegnya secara resmi.

Gagasan untuk membuka kemitraan Kharisma Bahari Group sebenarnya muncul secara tidak sengaja. Pada awalnya, mereka memiliki tiga cabang, dua di antaranya hanya dikelola oleh karyawan. Namun, seiring berjalannya waktu, pengelolaan cabang-cabang tersebut menjadi berantakan dan merugi. Untuk mengatasi masalah ini, Sayudi mengajak teman atau keluarga yang ingin membuka warteg tetapi tidak memiliki modal, dengan sistem bagi hasil 50-50.

Sejak saat itu, Kharisma Bahari Group membuka kemitraan dengan para investor yang ingin bergabung. Dengan investasi sebesar Rp. 130 juta di luar biaya sewa kios, investor dapat memiliki satu outlet warteg. Jika investor meminta karyawan dari Kharisma Bahari Group, kemitraan tersebut berbentuk bagi hasil, di mana laba bersih dibagi dua: 50 persen untuk pengelola dan 50 persen untuk investor.

Strategi Bisnis Warteg Kharisma Bahari: 

  • Model Kemitraan Fleksibel dan Berbagi Risiko: Warteg Kharisma Bahari menawarkan model kemitraan yang fleksibel dengan pembagian hasil 50-50. Ini memungkinkan calon mitra yang tidak memiliki modal besar untuk bergabung dan membuka warteg dengan risiko yang dibagi antara pengelola dan investor. Strategi ini tidak hanya menarik bagi mereka yang ingin berinvestasi di bisnis kuliner tetapi juga membantu memperluas jaringan warteg dengan cepat.
  • Pemanfaatan Sumber Daya dan Dukungan Operasional: Warteg Kharisma Bahari memberikan opsi bagi investor untuk mendapatkan dukungan operasional dari tim Kharisma Bahari. Dengan menyediakan karyawan yang terlatih dan sistem manajemen yang sudah teruji, franchise ini memastikan standar kualitas layanan dan makanan tetap terjaga di setiap outlet. Hal ini mengurangi risiko operasional bagi investor dan meningkatkan konsistensi pengalaman pelanggan.
  • Pendekatan Kolaboratif untuk Ekspansi: Strategi mengajak teman dan keluarga yang ingin membuka warteg tanpa modal dengan sistem bagi hasil adalah pendekatan kolaboratif yang efektif. Dengan cara ini, Kharisma Bahari tidak hanya membangun komunitas bisnis yang solid tetapi juga memperkuat hubungan personal yang dapat meningkatkan kepercayaan dan komitmen dalam pengelolaan warteg. Strategi ini juga memungkinkan ekspansi jaringan warteg dengan cepat dan efisien.

3. Kopi Janji Jiwa

Studi Kasus:

Menjadi ikon dalam industri kopi di Indonesia, Janji Jiwa telah menorehkan jejaknya sejak pertama kali beroperasi pada tahun 2018. Saat ini, jaringan mereka telah meluas dengan lebih dari 900 outlet tersebar di lebih dari 100 kota di 33 provinsi di seluruh negeri.

Awalnya dirintis oleh Billy Kurniawan di Kuningan, Jakarta Selatan, Janji Jiwa telah menjadi pionir dalam tren kopi di tanah air. Billy, seorang lulusan manajemen dari Seattle University, membawa minatnya pada kopi ke dalam karya bisnisnya. Dengan modal sebesar Rp 70 juta, ia memulai usaha kopi dengan nama yang mencerminkan komitmen dan semangatnya, "Janji Jiwa".

Billy, yang dikenal sebagai seorang pengusaha yang berani, memegang prinsip untuk bertindak terlebih dahulu dan menikmati prosesnya. Sebelum menciptakan jejaknya dalam dunia kopi, Billy sukses mengelola bisnis minuman bubble tea dengan nama Calais.

Dalam beberapa tahun terakhir, Janji Jiwa telah menunjukkan inovasinya dengan menjadi bagian dari Jiwa Group, yang mencakup tiga merek produk: kopi Janji Jiwa, Jiwa Toast, dan Jiwa Tea. Melalui terobosan ini, mereka telah menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia yang ingin menikmati pengalaman kopi yang berkualitas.

Meskipun menghadapi tantangan dari persaingan ketat dan dampak pandemi COVID-19 pada tahun 2020, Janji Jiwa tetap adaptif. Mereka memperkuat layanan pengiriman dan pembelian langsung (take away), serta meluncurkan aplikasi seluler untuk memudahkan pelanggan dalam memesan kopi dari manapun mereka berada.

Dengan lebih dari 1.100 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia pada tahun 2022, Janji Jiwa telah menjadi salah satu brand kopi lokal terkemuka yang mampu bersaing dengan merek internasional. Prestasi mereka diakui melalui berbagai penghargaan, termasuk Rekor MURI 2019 untuk Pertumbuhan Kedai Kopi Tercepat Dalam Satu Tahun.

Di bawah kepemimpinan Billy Kurniawan, Janji Jiwa juga telah menciptakan lapangan kerja bagi lebih dari 3.000 karyawan operasional dan berhasil menjual hingga 15 juta gelas kopi setiap bulannya. Dengan komitmen pada kualitas dan inovasi yang berkelanjutan, Janji Jiwa terus menjadi pilihan utama bagi para pecinta kopi di Indonesia.

Strategi Bisnis Kopi Janji Jiwa:

  • Ekspansi Cepat dan Luas: Janji Jiwa telah berhasil membangun jaringan yang luas dengan lebih dari 900 outlet tersebar di lebih dari 100 kota di 33 provinsi Indonesia dalam rentang waktu yang relatif singkat. Strategi ekspansi yang agresif ini membantu mereka untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan memperkuat keberadaan merek mereka di seluruh negeri.
  • Diversifikasi Produk: Dengan membentuk Jiwa Group yang mencakup tiga merek produk, yaitu kopi Janji Jiwa, Jiwa Toast, dan Jiwa Tea, Janji Jiwa telah berhasil melakukan diversifikasi produk. Hal ini membantu mereka untuk menarik segmen pasar yang lebih luas dan memberikan variasi pilihan bagi konsumen. Diversifikasi ini juga membantu mereka untuk mengatasi tantangan di masa pandemi dengan menawarkan produk alternatif dan meningkatkan pendapatan melalui saluran penjualan yang berbeda.
  • Adaptasi terhadap Perubahan Pasar: Di tengah persaingan yang ketat dan dampak pandemi COVID-19, Janji Jiwa telah berhasil beradaptasi dengan cepat. Mereka memperkuat layanan pengiriman dan pembelian langsung (take away), serta meluncurkan aplikasi seluler untuk memudahkan pelanggan dalam memesan kopi. Strategi adaptasi ini memungkinkan mereka untuk tetap relevan dan mempertahankan pangsa pasar mereka di tengah perubahan perilaku konsumen dan kondisi pasar yang tidak pasti.

4. Kopi KULO

Studi Kasus: 

Kopi Kulo didirikan pada Desember 2017 oleh Michelle Sulistyo, dengan gerai pertama yang berlokasi di Cikajang, Jakarta Selatan. Sebagai pelopor konsep grab and go, Kopi Kulo menawarkan keunikan rasa yang membuatnya istimewa. Salah satu menu favoritnya adalah kombinasi jus alpukat, espresso, dan es krim, yang telah teruji kualitasnya.

Kopi Kulo adalah bagian dari KULO Group dan dalam waktu dua tahun, bisnis ini berhasil membuka 250 outlet di seluruh Indonesia. Prestasi ini menarik minat banyak pebisnis yang melihat potensi keuntungan dari waralaba ini. Meskipun tidak ada informasi resmi mengenai biaya investasi untuk franchise atau kemitraan di laman resmi KULO Group, beberapa sumber menyebutkan biaya franchise Kopi Kulo berkisar antara Rp 125 juta hingga Rp 155 juta.

KULO Group memberikan dukungan penuh kepada mitra franchise-nya, termasuk pengawasan dari pusat dan pelatihan untuk karyawan sebelum outlet dibuka. Hal ini memastikan bahwa setiap outlet memiliki sistem kerja dan kualitas produk yang seragam sesuai standar yang ditetapkan.

Salah satu kelebihan Kopi Kulo adalah fleksibilitas bagi mitra untuk berinovasi dengan menambahkan menu baru yang berpotensi laku di daerah mereka. Meskipun menu baru ini di luar kontrol pusat, selama mengikuti tren dan menyesuaikan cita rasa lokal, menu tersebut cenderung diminati oleh pasar.

Dengan strategi inovatif dan dukungan menyeluruh, Kopi Kulo terus berkembang pesat, menjadi favorit banyak orang dan menarik minat para calon pengusaha di Indonesia.

Strategi Bisnis Kopi KULO:

  • Konsep Grab and Go dengan Menu Unik: Kopi KULO mengusung konsep grab and go yang memudahkan pelanggan untuk membeli kopi secara cepat dan praktis. 
    Selain itu, Kopi KULO menawarkan menu yang unik dan inovatif, seperti kombinasi jus alpukat, espresso, dan es krim, yang membedakannya dari kedai kopi lainnya dan menarik minat konsumen.
  • Ekspansi Cepat melalui Franchise: Dalam kurun waktu dua tahun, Kopi KULO berhasil membuka 250 outlet di seluruh Indonesia melalui sistem franchise. Strategi ekspansi cepat ini memungkinkan Kopi KULO untuk menjangkau pasar yang lebih luas dengan cepat dan meningkatkan pengenalan merek di berbagai daerah.
  • Dukungan dan Fleksibilitas bagi Mitra Franchise: Kopi KULO memberikan dukungan penuh kepada mitra franchise-nya, termasuk pengawasan dari pusat dan pelatihan karyawan untuk memastikan kualitas produk dan layanan yang konsisten. 

Selain itu, Kopi KULO memberikan kebebasan kepada mitra untuk berinovasi dengan menambahkan menu yang sesuai dengan tren dan cita rasa lokal. Fleksibilitas ini memungkinkan mitra untuk menyesuaikan penawaran mereka dengan kebutuhan pasar setempat, meningkatkan peluang sukses setiap outlet.

5. Esteh Indonesia

Studi Kasus: 

Esteh Indonesia berdiri pada tahun 2018 dengan tim pendiri yang terdiri dari Haidhar Hibatullah Wurjanto, Dihya Nur Rifqy, Aussie Andry, dan Edwin Widya. Mereka memulai usaha mereka dengan menjual es teh di daerah Kemang Village dan Blok M menggunakan booth berukuran kecil, hanya 1x2 meter. Menu awal mereka terdiri dari Es Teh Manis, Es Teh Lemon, Es Teh Leci, Es Teh Susu, dan Thai Tea.

Berkat tanggapan positif dari pelanggan dan permintaan yang tinggi, Esteh Indonesia mulai membuka gerai tambahan di Mall Ambassador dan Binus Jakarta Barat pada pertengahan tahun 2018. Popularitasnya terus meningkat karena rasa yang lezat, harga yang terjangkau, beragam pilihan produk, dan kekinian sesuai tren.

Pada pertengahan tahun 2019, Esteh Indonesia membuka outlet di Pandu Raya Bogor dan mengubah konsep menjadi grab and go dengan ukuran outlet yang lebih besar, 3x5 meter, dan memiliki tiga karyawan. Pada saat yang sama, Danu Sofwan dan Brisia Jodie bergabung sebagai pemegang saham dan duta merek Esteh Indonesia.

Melihat minat yang tinggi dalam peluang bisnisnya, Esteh Indonesia memutuskan untuk membuka peluang kemitraan pada September 2019 dan resmi didirikan sebagai PT. ESTEH INDONESIA MAKMUR pada 11 September 2019. Hingga akhir tahun 2019, Esteh Indonesia berhasil membuka 19 outlet dan menjalin kemitraan dengan layanan pengiriman online terkemuka seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood.

Meskipun terjadi pandemi COVID-19, Esteh Indonesia terus berkembang pesat. Dari 19 outlet pada awal tahun 2020, mereka berhasil meningkatkan jumlah outlet menjadi 200 pada akhir tahun 2020. Dengan konsep outlet yang lebih sederhana dan elegan, Esteh Indonesia tetap mempertahankan identitas merek yang kuat.

Pada tahun 2021, Esteh Indonesia semakin terkenal dengan kolaborasi bersama merek terkenal, influencer, dan artis ternama Indonesia, sehingga permintaan untuk bergabung semakin tinggi. Pada akhir tahun 2021, jumlah outlet Esteh Indonesia mencapai 450. Esteh Indonesia tetap mengedepankan standar tinggi dalam kualitas produk dan pelayanan kepada pelanggan.

Dalam menjaga visi menjadi pemimpin pasar di industri makanan dan minuman yang menghasilkan pengusaha berkualitas, Esteh Indonesia memberikan pelatihan kepada setiap mitra tentang pengelolaan kualitas produk, pelayanan pelanggan, promosi, perhitungan keuntungan, dan menjaga reputasi merek.

Dalam hal branding, Esteh Indonesia aktif di media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube untuk memberikan konten yang menarik kepada pelanggan mereka.

Strategi Bisnis Esteh Indonesia:

  • Fokus pada Kualitas Produk dan Pelayanan: Meskipun mengalami pertumbuhan yang pesat, Es Teh Indonesia tetap fokus pada kualitas produk dan pelayanan kepada pelanggan. Mereka mengedepankan standar tinggi dalam meracik minuman dan memberikan pelatihan kepada karyawan untuk memastikan kualitas produk dan layanan yang konsisten di setiap outlet. Hal ini membantu mereka mempertahankan loyalitas pelanggan dan membangun reputasi yang baik bagi merek mereka.
  • Strategi Branding yang Aktif di Media Sosial: Es Teh Indonesia aktif memanfaatkan media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan YouTube, untuk memperkuat branding mereka. Mereka menyajikan konten yang menarik dan relevan bagi audiens mereka, mulai dari promosi produk hingga konten-konten kreatif yang menghibur. Dengan kehadiran yang kuat di platform-platform ini, Es Teh Indonesia dapat membangun keterlibatan yang lebih besar dengan pelanggan mereka, meningkatkan kesadaran merek, dan menarik minat lebih banyak orang untuk mencoba produk mereka.
  • Ekspansi Cepat dengan Konsep Grab and Go: Es Teh Indonesia menerapkan strategi ekspansi yang cepat dengan memperkenalkan konsep grab and go. Mereka memulai dengan gerai kecil dan berukuran booth 1x2 meter, kemudian secara bertahap membuka outlet di berbagai lokasi strategis seperti Kemang Village, Blok M, Mall Ambassador, dan Binus Jakarta Barat. Konsep grab and go ini memungkinkan pelanggan untuk membeli produk dengan cepat dan praktis, sesuai dengan tren gaya hidup yang sibuk dan cepat.

6. Mie Gacoan

Studi Kasus: 

Mie Gacoan, yang berdiri sejak 2016 di Kota Malang, segera menjadi sorotan para penggemar kuliner. Sebagai bagian dari PT. Pesta Pora Abadi, perusahaan ternama dalam dunia kuliner di Indonesia, Mie Gacoan menjadi buah karya Harris Kristanto. Harris, lulusan ekonomi, tak hanya pemilik, tapi juga direktur sumber daya manusia di restoran tersebut.

Harris menyatakan bahwa dalam enam tahun beroperasi, bisnis mie ini telah menghasilkan keuntungan sebesar 40-50% dari omset penjualan, prestasi yang luar biasa mengingat persaingan ketat dalam bisnis mie. Dari awal hanya beroperasi di Malang, Mie Gacoan berkembang pesat dengan ekspansi ke kota-kota besar lainnya seperti Surabaya, Yogyakarta, Medan, Bali, Solo, Bandung, dan lebih banyak lagi.

Dengan visi menjadi restoran mie terbaik di Indonesia, Mie Gacoan berencana untuk membuka lebih banyak cabang di kota-kota lain. Saat ini, mereka telah menciptakan lebih dari 3.000 lapangan kerja, dan dengan ekspansi yang terus berlanjut, jumlah tersebut akan terus bertambah.

Mie Gacoan juga hadir di berbagai aplikasi pengantaran makanan online, memperluas jangkauan penjualan mereka. Dikenal dengan mie pedas yang diminati banyak orang, Mie Gacoan berhasil menjadi salah satu restoran paling populer di Indonesia meskipun hanya menawarkan sedikit variasi menu.

Menu mie yang lezat dan beragam minuman manis, disajikan dalam lingkungan restoran yang nyaman, membuat pelanggan tetap datang kembali. Harga yang terjangkau namun tetap dengan rasa yang lezat memperkuat daya tarik Mie Gacoan, membuatnya selalu ramai pengunjung. Dengan ekspansi cepatnya dan reputasi yang semakin kokoh, Mie Gacoan berhasil menjadi salah satu restoran mie terkemuka di Indonesia.

Strategi Bisnis Mie Gacoan:

  • Ekspansi Cepat dan Luas: Mie Gacoan menerapkan strategi ekspansi yang agresif dengan membuka outlet di berbagai kota besar di seluruh Indonesia, seperti Surabaya, Yogyakarta, Medan, dan Bali. Ekspansi ini memungkinkan mereka untuk menjangkau lebih banyak pelanggan dan memperluas pangsa pasar mereka.
  • Kombinasi Menu Spesialisasi dan Harga Terjangkau: Mie Gacoan fokus pada menyajikan mie pedas yang lezat dengan harga yang terjangkau. Meskipun menawarkan sedikit variasi menu, mereka berhasil menarik pelanggan dengan kualitas rasa yang khas dan harga yang bersahabat.
  • Penggunaan Aplikasi Pengantaran Makanan Online: Mie Gacoan memanfaatkan aplikasi pengantaran makanan online untuk memperluas jangkauan penjualan mereka. Dengan hadir di berbagai platform pengiriman makanan, mereka dapat menjangkau lebih banyak pelanggan potensial dan memperkuat kehadiran merek mereka di pasar.

7. Kopi Kenangan

Studi Kasus: 

Kopi Kenangan adalah salah satu kisah sukses di ranah kopi Indonesia. Dirintis pada tahun 2017 oleh trio Edward Tirtanata, James Prananto, dan Cynthia Chaerunnisa, kedai pertamanya berlokasi di daerah Kuningan. Hari pertama pembukaan Kopi Kenangan langsung menorehkan prestasi dengan penjualan 700 gelas kopi. Dua tahun berikutnya, jaringan Kopi Kenangan telah meluas dengan lebih dari 230 kedai yang tersebar di seluruh Indonesia.

CEO dan Co-Founder Kopi Kenangan, Edward Tirtanata, berbagi pengalamannya, mulai dari usaha di bidang batu bara bersama ayahnya hingga akhirnya beralih ke bisnis barang konsumsi. Menurutnya, bisnis barang konsumsi menawarkan kontrol harga yang lebih baik. Awalnya, ia mencoba peruntungan dengan bisnis teh bernama Lewis & Carroll, namun kemudian menyadari bahwa pasar kopi memiliki potensi yang lebih besar.

Pada tahun 2018, Kopi Kenangan berhasil mendapatkan pendanaan sebesar Rp 121 miliar dari Alpha JWC, yang diikuti oleh suntikan dana sebesar Rp 288 miliar pada tahun 2019 dari Sequoia India. Dengan modal yang cukup, Kopi Kenangan menetapkan target untuk memiliki 1.000 gerai pada tahun 2021.

Kopi Kenangan dikenal sebagai salah satu ritel minuman dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara. Pada Mei 2020, mereka berhasil mengumpulkan pendanaan Seri B senilai USD 109 juta atau setara dengan Rp 1,63 triliun. Pendanaan ini dipimpin oleh investor perusahaan Sequoia Capital dan melibatkan investor baru seperti B Capital, Horizons Ventures, Verlinvest, Kunlun, Sofina, serta investor pendanaan awal Kopi Kenangan, Alpha JWC.

Strategi:

  • Konsep Kedai dengan Harga Terjangkau: Kopi Kenangan mengusung konsep kedai yang menawarkan kopi dengan harga terjangkau, mirip dengan konsep Starbucks. Hal ini memungkinkan mereka menjangkau segmen pasar yang lebih luas, termasuk kalangan yang lebih sensitif terhadap harga namun tetap menginginkan kualitas minuman kopi yang baik.
  • Ekspansi Cepat dan Agresif: Kopi Kenangan mengadopsi strategi ekspansi yang cepat dan agresif dengan membuka lebih dari 230 kedai dalam waktu dua tahun. Target mereka adalah memiliki 1.000 gerai pada tahun 2021. Ekspansi ini memungkinkan mereka untuk memperluas cakupan geografis mereka dan meningkatkan kesadaran merek di seluruh Indonesia.
  • Pendanaan dan Investasi yang Kuat: Kopi Kenangan berhasil mendapatkan modal pendanaan yang signifikan dari berbagai investor, termasuk Alpha JWC, Sequoia India, dan Sequoia Capital. Dengan modal yang kuat, mereka dapat mengembangkan bisnis mereka lebih lanjut, termasuk pembukaan lebih banyak gerai dan pengembangan produk baru.

Kesimpulan

Kesuksesan bisnis franchise kuliner lokal tidaklah terjadi secara kebetulan, melainkan memerlukan strategi yang tepat dan efektif. Melalui tujuh strategi brand franchise lokal yang telah dibahas dalam artikel ini, para pelaku bisnis kuliner dapat menemukan inspirasi dalam mengembangkan bisnis mereka melalui konsep franchise.

Ekspansi dan Pertumbuhan: Strategi ekspansi yang cepat dan luas menjadi ciri khas bagi banyak dari kasus bisnis yang disebutkan di atas. Dari ekspansi domestik hingga internasional, seperti yang dilakukan oleh Kebab Turki Baba Rafi, Kopi Janji Jiwa, dan Kopi Kenangan, atau ekspansi jaringan franchise seperti yang diadopsi oleh Warteg Kharisma Bahari dan Kopi KULO, pertumbuhan yang pesat membantu perluasan pasar dan peningkatan kehadiran merek.

Pendukung dan Investasi: Investasi modal dan dukungan dari pihak eksternal, seperti modal ventura dan pendanaan dari investor, membantu memperkuat posisi bisnis dan memfasilitasi ekspansi yang lebih cepat. Hal ini terlihat dari kasus-kasus Kopi Kenangan, Janji Jiwa, dan Mie Gacoan yang berhasil mendapatkan pendanaan yang signifikan dari investor terkemuka.

Fokus pada Kualitas dan Pelayanan: Meskipun pertumbuhan dan ekspansi adalah hal yang penting, menjaga kualitas produk dan pelayanan kepada pelanggan tetap menjadi prioritas utama. Hal ini tercermin dari semua kasus bisnis di atas, di mana mereka terus mempertahankan standar kualitas yang tinggi dan memastikan kepuasan pelanggan sebagai fokus utama operasional mereka.

Inovasi Produk dan Konsep Layanan: Setiap bisnis kuliner yang sukses memiliki keunikan dalam produk atau layanan yang mereka tawarkan. Baik itu adaptasi rasa lokal seperti yang dilakukan oleh Kebab Turki Baba Rafi dan Kopi Kenangan, konsep kemitraan fleksibel dari Warteg Kharisma Bahari, menu unik dari Kopi KULO, atau kombinasi grab and go dengan menu yang menarik seperti yang diusung oleh Esteh Indonesia dan Mie Gacoan, inovasi merupakan kunci untuk memenangkan hati pelanggan.

Salah satu bentuk inovasi dan adaptasi dalam bisnis F&B, terutama bisnis franchise kuliner lokal, adalah dengan menerapkan teknologi, seperti penggunaan aplikasi kasir atau PoS. Opaper App adalah solusi yang dapat membantu dalam semua urusan operasional bisnis kuliner Anda. 

Dengan fitur-fitur yang lengkap dan mudah digunakan, Opaper App memungkinkan Anda untuk mengelola inventaris, melakukan transaksi penjualan, serta menganalisis data penjualan dengan lebih efisien. Dengan begitu, Anda dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional bisnis kuliner Anda, sehingga dapat fokus pada pengembangan dan pertumbuhan usaha Anda.

Jadwalkan demo dengan tim kami sekarang atau kamu bisa mencoba untuk mengunduh aplikasi Opaper sendiri di Play Store atau App Store.

Mungkin kamu juga tertarik membaca artikel ini

Yuk, ikut baca-baca berita seputar Opaper dan tips-tips yang membantu memajukan bisnismu.
Lihat semua artikel