Sahabat Opaper
Login
Coba Sekarang

Peran Coffee Shop di Bandung sebagai Wadah Menyalurkan Kreativitas dan Ruang Publik

Karina Sofyan
Karina Sofyan
|
Feb 27, 2023
|
-
Peran Coffee Shop di Bandung sebagai Wadah Menyalurkan Kreativitas dan Ruang Publik
Poin penting

Saat ini orang kalau datang ke coffee shop bukan cuma untuk menikmati secangkir kopi, tapi juga untuk untuk saling bercengkerama dan bertukar pikiran. Iya, kedai kopi saat ini bukan sekadar tempat berjualan. 

Minum kopi di kedai kopi alias ngopi adalah aktivitas yang tak peduli status sosial, jenis kelamin, strata sosial, usia atau apapun yang dapat menjadi penyekat kepopuleran sebutan ngopi ini. 

Kedai kopi juga tidak membedakan pengunjungnya baik laki-laki maupun perempuan, tua ataupun muda, kaya atau miskin, dari orang tidak terhormat sekalipun, semua bisa beraktivitas di kedai kopi.

Dan kota Bandung menjadi salah satu kota yang menggambarkan kondisi tersebut. Keberadaan kedai-kedai kopi di Kota Kembang masih kokoh bahkan semakin bertambah banyak jumlahnya. 

Kebanyakan warga mengunjungi coffee shop karena sudah menjadi kebutuhan dan kebiasaan. 

Mencari kedai kopi di kota berjulukan Paris van Java sangat mudah. Hampir di setiap sudut kota terdapat kedai kopi baik yang sederhana sampai yang ternama. Ini menandakan arti pentingnya kedai kopi bagi sebagian masyarakat kota Bandung

Aktivitas di kedai kopi alias ngopi menjadi salah satu kebutuhan bagi sebagian masyarakat yang ingin mengisi waktu luang

setelah menjalani rutinitas. Pada awalnya, kedai kopi hanyalah sebagai tempat pengisi waktu luang, tempat melepas lelah baik secara individu maupun komunal atau berkelompok. 

Seiring waktu, kedai kopi sudah mengalami pergeseran makna, mengunjungi kedai kopi saat ini bukan hanya sebagai tempat sebagian orang melakukan aktivitas konsumsi semata akan tetapi mengunjungi kedai kopi juga sudah menjadi salah satu gaya hidup bagi sebagian besar masyarakat kota Bandung. 

Menjadi Gaya Hidup 

Setahun belakangan ini, di muncul istilah PANG di Bandung. PANG merupakan singkatan dari "Pagi Ngopi". Dan banyak kedai-kedai di Bandung yang memfasilitasi setiap orang yang ingin minum kopi sebelum melakukan aktivitas di pagi hari, mulai dari jam 7 hingga 10 pagi. 

Bahkan beberapa kedai memberikan bonus, seperti sepotong roti atau teman santapan lainnya.

Tujuan PANG memang unik, mengajak masyarakat untuk bangun pagi dan menciptakan kedai-kedai yang sehat. Hal ini sebagai bentuk kepedulian dan apresiasi para pemilik kedai kopi di Bandung supaya masyarakat Bandung, khususnya kaum milenial menjadi produktif sejak matahari terbit.

Mulainya, program PANG digalakkan oleh sebuah komunitas pecinta kopi bernama Manual Brew Community dari mulut ke mulut. Seiring waktu, kampanye informasi mengenai PANG juga dilakukan melalui akun instagram @pang.bandung

Sebagai Ruang Publik

Sumber: Instagram Scoffee 132 Space | Lihat Menu Scoffee 132 Space

Dari zaman dulu kedai kopi memang sudah dijadikan tempat berkumpul dan bergaul. Sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda, kedai kopi dijadikan ruang diskusi dan rapat demi memutuskan hal-hal penting. 

Berkembangnya zaman, kedai kopi dijadikan ranah bergaul dan berkisah apa saja. Bahkan, dijadikan markas komunitas tertentu yang tak melulu membahas kopi. Jadi kalau coffee shop cuma dianggap sebagai area jual beli kopi saja maka bisnis kedai kopi tak mungkin semenarik dan segila sekarang geliatnya.

Belum lagi, para kaum milenial sekarang ini juga menggemari kopi. Iya, budaya ngopi tidak hanya dilakukan para orang tua saja, kaum milenial rupanya mulai memasukkan tradisi ini dalam aktivitas favoritnya. 

Biasanya, kedai kopi yang mengusung atau mengangkat tema modern yang kemudian disebut coffee shop menjadi pilihan muda-mudi. Terutama tempat yang instagramable, untuk kebutuhan feed media sosial mereka. 

Apalagi jika tersedia fasilitas free WiFi serta colokan, tentu menjadi incaran karena generasi milenial tidak bisa lepas dengan gadget.

Nah, dilihat dari keragaman aktivitas dan latar belakang serta status pengunjung kedai kopi, maka kedai kopi menunjukkan perannya sebagai ruang publik bagi masyarakat khususnya warga kota Bandung.

Sumber: Instagram Fourty Four Bandung | Lihat Menu Fourty Four Bandung

Peran kedai kopi sebagai ruang publik inilah yang menyebabkan kenyamanan tersendiri. Kenyamanan yang berkelanjutan inilah membuat aktivitas masyarakat di kedai kopi seolah menjadi suatu gaya hidup.

Dengan maraknya kedai-kedai kopi yang ada dan meningkatnya budaya mengkonsumsi kopi yang semakin kental di masyarakat, menjadikan kopi sebagai media berekspresi dalam berbagai hal, baik dalam berkomunikasi terhadap satu sama lain saat 

Baca juga Budaya Ngopi di Indonesia dan Sejarahnya 

Dukungan Pemerintah Lokal

Bahkan, coffee shop sebagai ruang publik mendapat dukungan pemerintah setempat. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil telah membuka dan meresmikan Laswee Creative Space, yang berlokasi di Jalan Laswi No 1, Kota Bandung. 

Pusat nongkrong berkonsep coffee shop ini dulunya bekas Kantor Dinas Bina Marga Provinsi Jabar.

Laswee Creative Space memang sengaja dirancang untuk menjadi area lebur ide berbagai komunitas. Fasilitas yang ditawarkan ada indoor juga outdoor. Menyerupai kedai kopi dengan berbagai fasilitas pendukung.

Laswee diproyeksikan akan menjadi tempat atau sebagai venue kegiatan kreativitas. Bahkan Laswee pernah dipakai untuk menggelar acara Bandung Design Biennale pada November 2021. 

Selain berada di lokasi yang strategis, Laswee dibekali fasilitas pendukung yang mampu menampung sampai dengan 300 pengunjung dalam setiap event. 

Bukan cuma itu, Laswee juga berfungsi sebagai toko, display, area kuliner, studio, kantor, atau kebutuhan lain sesuai tematik.

Tempat Menyalurkan Kreativitas

Sebuah riset yang dilakukan Ravi Mehta, Rui Zhu, dan Amar Cheema (2012) dari University of Illinois, menyatakan bahwa kreativitas beberapa justru terhambat di tempat tenang. Sementara tempat yang terlalu ramai membuat konsentrasi terpecah karena suaranya yang mengganggu. 

Nah, campuran antara ketenangan juga lingkungan yang tidak terlalu sepi seperti di coffee shop malah membuat kreativitas orang mengalir. Makanya tak heran banyak orang memilih untuk bekerja, belajar dan ngejar deadline di coffee shop.

Masih mengutip dari sumber yang sama, suara-suara dan kebisingan yang ada di kedai kopi biasanya berkekuatan 70 desibel – sangat pas memacu kreativitas. Sementara itu, di ruangan yang sunyi biasanya berkekuatan 50 desibel dan tempat yang bising biasanya volumenya bisa mencapai 85 desibel. 

Menurut Dr. Ravi Mehta, dari University of Illinois, orang yang melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan angka atau yang menuntut ketepatan memang perlu tempat yang sepi, karena mereka perlu ketelitian dan bukan kreativitas. 

Hanya saja, tempat yang terlalu sepi membuat orang dapat berpikir di luar “kotak” dan jadi sangat fokus pada masalahnya, tanpa bisa menyelesaikannya.

Banyak yang bilang, menyeruput kopi dan juga kandungan yang ada didalamnya yaitu kafein yang bisa menstimulasi dan mempertajam kreativitas setiap waktu. 

Merujuk artikel yang ditulis Maria Konnikova dalam The New Yorker, disebutkan bahwa kopi memang memiliki efek yang dapat membantu proses kreatif.

Sebenarnya kopi itu bukan cuma dekat di hati orang-orang kreatif sebagai minuman yang menemani di saat kerja tetapi juga dekat dengan orang yang baku dalam pekerjaannya.

Mungkin kamu juga tertarik membaca artikel ini

Yuk, ikut baca-baca berita seputar Opaper dan tips-tips yang membantu memajukan bisnismu.
Lihat semua artikel